Yogyakarta, Sabtu (15/03/2025) –
Dinas Perhubungan DIY telah melakukan sejumlah penyesuaian lalu lintas guna mengantisipasi dampak penutupan total Plengkung Nirbaya. Penyesuaian ini terutama berlaku di Simpang 4 Gading, Simpang 3 Mantrigawen Lor, dan Simpang 4 Taman Sari untuk mengurangi potensi kemacetan.
Penyesuaian Arus Lalu Lintas
Menurut Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan DIY, Rizki Budi Utomo, perubahan utama yang dilakukan adalah:
- Simpang 4 Gading: Fase lampu lalu lintas dikurangi dari 4 fase menjadi 3 fase, serta pemadaman lampu lalu lintas di lengan utara. Hal ini memperpendek siklus lampu dan memperlancar arus kendaraan.
- Simpang 3 Mantrigawen Lor dan Simpang 4 Taman Sari: Akan ada penyesuaian waktu siklus lampu lalu lintas serta penempatan personel pengaturan lalu lintas, terutama di jam-jam sibuk.
Rute alternatif menuju Njeron Beteng:
- Dari timur: Melewati Pojok Beteng Wetan, ke utara, melalui Simpang Mantrigawen Lor.
- Dari barat: Melewati Jokteng Kulon, ke utara, hingga Simpang Taman Sari.
Dishub DIY juga tengah mengevaluasi penerapan Sistem Satu Arah (SSA) di beberapa jalan dalam Njeron Beteng, seperti di Jalan Wijilan, guna mengoptimalkan lalu lintas.
Kendala dan Pengawasan
Simpang Mantrigawen Lor menjadi titik krusial karena belum memiliki lampu lalu lintas, serta kondisi jalan yang sempit. Oleh karena itu, diperlukan penjagaan ekstra oleh petugas, terutama saat jam sibuk.
Di Simpang 4 Taman Sari, selain penyesuaian siklus lampu, juga dilakukan pengawasan terhadap kendaraan yang masih menggunakan jalan “butulan”, yang dapat menghambat kelancaran lalu lintas.
Untuk mengatasi potensi kemacetan, Dishub DIY, Dishub Kota Yogyakarta, Polda DIY, dan Polresta Kota Yogyakarta akan menempatkan personel gabungan di beberapa titik strategis.
Penutupan Plengkung Nirbaya Demi Konservasi
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menegaskan bahwa penutupan Plengkung Nirbaya dilakukan untuk mitigasi dan pemulihan struktur. Kajian sejak 2015 menunjukkan bahwa kerusakan bangunan semakin parah, sementara upaya pemeliharaan selama ini hanya bersifat parsial dan tidak efektif.
“Kami butuh waktu untuk memeriksa kondisi secara menyeluruh. Jika aktivitas kendaraan terus berlanjut, data potensi kerusakan tidak akan akurat,” tegas Dian.
Plengkung Nirbaya merupakan plengkung terbesar dan paling kompleks di Yogyakarta. Aktivitas tinggi di area ini mempercepat degradasi bangunan. Dulu, masyarakat bahkan bisa naik ke atas plengkung dan melakukan tindakan yang tidak semestinya, yang memperparah kondisi struktur.
Penutupan total dilakukan dengan standar keamanan ketat, tidak hanya menggunakan water barrier, tetapi juga larangan akses bagi siapa pun kecuali pekerja. Hasil pemulihan akan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitasnya.
Harapan untuk Masyarakat
Menanggapi keluhan masyarakat terkait penutupan ini, Dian menekankan pentingnya kesadaran bersama dalam menjaga warisan budaya.
“Kita perlu merendahkan ego demi melestarikan simbol sejarah ini. Memang ada ketidaknyamanan, tetapi semua dilakukan untuk kebaikan jangka panjang. Mari kita tumbuhkan rasa memiliki terhadap warisan budaya kita,” pungkasnya.