Human zoo, atau kebun binatang manusia, adalah konsep yang muncul pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, di mana orang-orang dari berbagai kelompok etnis, terutama dari daerah-daerah koloni seperti Afrika dan Asia Tenggara, dipamerkan dalam pameran di Eropa dan Amerika Serikat.
Tujuan utama dari human zoo adalah untuk “menampilkan” orang-orang dari budaya atau ras yang dianggap “primitif” atau “eksotis” bagi masyarakat Barat pada waktu itu. Mereka ditempatkan dalam kandang atau area yang menyerupai habitat alami mereka untuk menciptakan kesan bahwa mereka adalah “objek” yang bisa dilihat seperti hewan di kebun binatang.
Foto yang dibagikan menunjukkan seorang anak Filipina yang dipamerkan dalam human zoo di Coney Island, New York, pada tahun 1906. Pada waktu itu, setelah Perang Filipina-Amerika (1899-1902), orang Filipina sering menjadi subjek pameran dalam acara-acara semacam ini di Amerika Serikat. Orang-orang Filipina yang ditempatkan dalam pameran ini biasanya berasal dari suku-suku asli seperti suku Igorot, yang gaya hidupnya dianggap “eksotis” oleh orang-orang Barat.
Human zoo seperti ini dianggap sebagai bentuk dehumanisasi dan rasisme karena orang-orang dari kelompok etnis tertentu diperlakukan sebagai objek tontonan semata, tanpa penghargaan terhadap hak-hak atau martabat mereka sebagai manusia. Praktek ini menuai kritik luas seiring meningkatnya kesadaran akan hak asasi manusia dan berakhir pada pertengahan abad ke-20.
Contoh lain dari human zoo yang terkenal adalah pameran suku-suku Afrika di Paris dan orang-orang Sami dari Eropa Utara di berbagai pameran dunia di Eropa.